Trelepnews,SLATRI
– Ternyata obrolan di media sosial grup Facebooker Celoteh Brebes
Membangun (CBM) terhadap Brebes ada benarnya juga. Betapa tidak, meski
baru mendapatkan beberapa penghargaan dari Pemerintah pusat sebagai kota
yang memiliki beberapa perencanaan pembangunan baik dan dinilai sukses
meningkatkan kualitas Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pembangunan
daerah, namun disatu sisi masih ada warganya harus hidup dengan memakan
nasi aking.
Sekeluarga makan nasi Aking di Desa Slatri |
Anak satu–satunya
Sokheh (56), penghasilannya sebagai tenaga serabutan yang penghasilan
per bulannya tidak menentu. Malah terkadang untuk membeli beras saja
tidak mampu. Ia tinggal di bangunan reot berukuran 3×4 di Desa Slatri Rt
06 Rw 03 No 27 Kecamatan Larangan Brebes.
“Saya
sekeluarga terpaksa makan nasi aking karena saat ini jarang yang
memanggil untuk menggunakan tenaga saya,” ungkapnya, Sabtu (26/03).
Bahkan,
kata bapak yang pernah menikah 2 kali ini, akibat jarangnya panggilan
untuk tenaga dirinya terpaksa harus mengumpulkan nasi bekas dari
tetangga yang ada disekitar rumahnya. Setelah dikumpulkannya, nasi bekas
itu kemudian dijemur untuk dimakan.
Terkadang,
jika para tetangga memberi bantuan makanan, terpaksa disimpan untuk
esok harinya. Hal itu dikarenakan untuk menghemat pengeluaran biaya
hidup. Sebab setiap bulannya Sokheh menghidupi satu anak dan ibunya yang
sudah lumpuh.
“Makan pun terkadang
dikasih sama tetangga, setiap malam saya selalu sisakan supaya bisa
dimasak lagi untuk besok pagi untuk dimakan,” ujarnya.
Hidup
dengan penuh keprihatinan yang dijalani Sokheh dengan keikhlasan.
Bahkan dalam sebulan Sokheh sering tidak mendapatkan uang sepeserpun.
Meski begitu dirinya tidak berkecil hati.
“Saya tidak merasa malu, lebih baik jadi tukang serabutan seperti ini dari pada harus mengemis,” Ujar Sokheh.
Sokheh
mengaku, dirinya memiliki enam anak dari pernikahannya yang sudah dua
kali dijalani, istri pertamanya sudah meninggal dunia. Anak dari istri
pertama tinggal dirumah ini dan yang lima semuanya berada di istri
keduanya. Namun karena tidak ingin merepotkan Istri kedua dan
anak-anaknya, dirinya mantap hidup dengan Ibu Kandungnya dan merawat
satu anak dari istri pertama.
“Kami rela hidup di rumah ini asal bisa bersama dan bisa ikut merawat ibu kandung dan anak,” tuturnya.
Meski
hidup dalam keprihatinan, Sokheh mengaku, dirinya tidak pernah
mendapatkan bantuan dari pemerintah. Padahal selama ini Pemerintahan
Brebes tengah gencar memberikan bantuan-bantuan bagi warga yang kurang
mampu.
“Saya nggak pernah dapat
bantuan apa-apa dari Pemerintah Brebes. Malah kalau sudah lapar yang
nolongin saya para tetangga,” pungkasnya.
Menurut
tokoh masyarakat setempat Danusi (51), seharusnya masalah kemiskinan di
Brebes khususnya di Slatri dapat diminimalisir dengan banyaknya bantuan
bedah rumah dan bantuan beras miskin (raskin) yang dilakukan Pemerintah
Brebes dan bantuan Dana Desa (DD) yang nilainya miliaran rupiah.
“Harusnya
masalah warga makan nasi aking di Brebes sudah tidak ada lagi. Karena
itu sebaiknya perlu dilakukan pendataan ulang secara akurat. Sehingga
dapat dipetakan kantong-kantong kemiskinan yang ada di wilayah Brebes,”
ungkapnya.(marzuki)
0 Response to "Miris, di Brebes Sekeluarga Makan Nasi Aking"
Post a Comment