PENERAPAN METODE PROJECT BASED LEARNING ( PJBL )
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
INFORMATIKA MATERI
DAMPAK
SOSIAL INFORMATIKA PADA SISWA KELAS VII/F SEMESTER II
SMP NEGERI 1 LARANGAN KECAMATAN LARANGAN TAHUN PELAJARAN 2023/2024
Disusun dan Diajukan
untuk Memenuhi Tugas PPG Dalam
Jabatan
Nama : MARZUKI, S.Pd.
NIM : 23103160083
SMP NEGERI 1 LARANGAN
UPT PENDIDIKAN KECAMATAN LARANGAN KABUPATEN BREBES
2024
1.
Judul Penelitian:
Penerapan Metode Project
Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Informatika Materi Dampak Sosial
Informatika Pada Siswa Kelas VII/F Semester
II SMP Negeri 1 Larangan
Kecamatan Larangan Tahun Pelajaran 2023/2024
2. Peneliti :
a. Nama Lengkap : Marzuki, S.Pd.
b. Jenis Kelamin : Laki - laki
c. NIM : 23103160083
d. Mata Ajar Diampu : INFORMATIKA
e. Sekolah : SMP Negeri 1 Larangan
f. Alamat : Kec.Larangan
g. No. Tlp./HP. :
3. Lama Penelitian : 2 bulan
Dari Bulan : November
2023
Sampai Bulan : Januari 2024
Guru TIK,
ii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan
di bawah ini :
Yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : Marzuki, S.Pd.
NIM : 23103160083
Judul Penelitian |
Penerapan
Metode Project Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Informatika Materi
Dampak Sosial Informatika Pada Siswa Kelas
VII/F Semester II SMP Negeri
1 Larangan Kecamatan Larangan Tahun
Pelajaran 2023/2024 |
Menerangkan bahwa naskah tersebut
berikut hasil karya sendiri dan belum pernah ditulis
pihak lain. Segal bentuk kutsertaan atau rujukan sudah ditulis berdasarkan kode etik yang berlaku
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat untuk dapat
digunakan sebagaimana mestinya
.
Guru TIK,
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Penerapan Metode Project Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Informatika Materi Dampak Sosial
Informatika Pada Siswa Kelas VII/F Semester II SMP Negeri 1 Larangan
Kecamatan Larangan Tahun Pelajaran 2023/2024” dapat diselesaikan.
Pelaksanaan penelitian dan penulisan
pelaporan ini dapat terselesaikan berkat
bantuan baik moril maupun materiil
dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati kami sampaikan
penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada:
1. Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Larangan;
2. Pengawas SMP;
3. Rekan Guru SMPN 1 Larangan;
Penulis
menyadari sepenuhnya, bahwa Penelitian Tindakan
Kelas ini masih banyak kekurangan maupun kelemahan.
Oleh karena itu saran kritik yang bersifat
perbaikan dan penyempurnaan sangat peneliti harapkan guna penyusunan Penelitian Tindakan Kelas berikutnya.
Akhirnya peneliti berharap, semoga
Penelitian Tindakan Kelas ini dapat bermanfaat bagi peneliti maupun pembaca pada umumnya.
Larangan, 30 januari 2024
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ...................................................................................................... ..................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ........................................................................... ii
Halaman Pernyataan............................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1
B. Identifikasi
masalah...................................................... 3
C. Pembatasan masalah ..................................................... 4
D. Rumusan
Masalah ...................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ........................................................ 5
F. Manfaat
Penelitian ...................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 8
A. Landasan
Teoretis.......................................................... 8
B. Penelitian yang Relevan ................................................ 15
C. Kerangka Berpikir ......................................................... 16
D. Hipotesis Tindakan ........................................................ 17
BAB
III METODE PENELITIAN ................................................ 18
v
A. Setting Penelitian.......................................................... 18
B. Subjek Penelitian .......................................................... 19
C. Sumber
Data ................................................................. 19
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 19
E. Validasi Data ................................................................ 20
F. Analisis Data
................................................................ 20
G. Indikator
Kinerja .......................................................... 21
H. Prosedur Penelitian ....................................................... 22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA ......... 32
A. Deskripsi
Kondisi Awal ............................................... 32
B. Deskripsi
Tiap Siklus ................................................... 36
C. Pembahasan
................................................................. 48
BAB V PENUTUP........................................................................... 56
A. Simpulan....................................................................... 56
B. Saran
............................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 58
Gambar Halaman
2.1 Skema Kerangka Berpikir .............................................................. 19
4.1 Diagram Hasil Belajar Siklus 1...................................................... 33
4.2 Diagram Perbadingan Nilai Prasiklus dan Siklus
1 ....................... 34
4.3 Diagram Perbadingan Ketuntasan Belajar Prasiklus dan Siklus 1 34
4.4 Diagram Perbadingan Nilai
Siklus 1dan Siklus 2 .......................... 38
4.5 Diagram Perbadingan Ketuntasan Belajar Siklus 1 dan Siklus 2 .. 39
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Tabel Jadwal Penelitian ....................................................................... 20
4.1 Tabel Nilai Awal ............................................................................ 31
4.2 Tabel hasil tes siklus 1 ................................................................... 33
4.3 Tabel hasil tes siklus 2 ................................................................... 37
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Keterangan Penelitian
2. Surat Pernyataan Perpustakaan
3. RPP Siklus 1
4. Lembar Kerja Siswa
5. Lembar Pengamatan Aktifitas Guru dan Siswa Dalam
Pembelajaran
6. RPP Siklus 2
7. Lembar Pengamatan Aktifitas Guru dan Siswa Dalam
Pembelajaran
8. Daftar Nilai
Evaluasi Siswa
9. Lembar Pengamatan
10. Foto Pembelajaran
ABSTRAK
Marzuki, S.Pd. 2024. Penerapan Metode Project Based Learning Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Informatika Materi
Dampak Sosial Informatika Pada Siswa
Kelas VII/F Semester II SMP Negeri 1 Larangan Kecamatan Larangan Tahun Pelajaran
2023/2024
Rumusan
masalah penelitian ini adalah bagaimanakah metode
PJBL dapat meningkatkah hasil belajar
siswa pada materi dampak social informatika. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah
pembelajaran Prestasi Belajar
Siswa dengan Metode PJBL pada Siswa
Kelas VII/F Semester II Di SMPN 1 Larangan. Subyek penelitian ini adalah 32 siswa kelas VII SMPN 1 Larangan Kabupaten Brebes
semester II tahun pelajaran 2023/2024. Teknik pengumpulan data tentang keterampilan siswa menggunakan tes tertulis dan kinerja, dilakukan
melalui tes lesan pada awal pelajaran, observasi, evaluasi proses pada waktu siswa memperagakan media dan evaluasi
tertulis pada akhir
pembelajaran. Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh
data yakni Melalui
metode PJBL hasil belajar informatika pada materi Dampak social informatika pada siswa kelas
VII/F SMPN 1 Larangan mengalami peningkatan.
Hasil Penelitian ini sebagai berikut : Penerapan variasi metode diskusi
kelompok dan bermain peran terbukti
mampu meningkatkan nilai rata-rata siswa, yakni pada kondisi awal nilai
rata-rata siswa 52,81, pada siklus I naik menjadi 60,31, dan pada siklus II naik menjadi 78,125. Saran dari penelitian
ini adalah : dalam hal pencapaian
tujuan pembelajaran, selayaknya guru memperhatikan berbagai faktor yang ada misalnya karkateristik siswa,
sehingga pencapaian tujuan pembelajaran tidak
cenderung memaksa siswa untuk dapat
menguasai materi, dalam hal pencapaian tujuan
pembelajaran, guru hendaknya melibatkan siswa secara fisik, psikis dan
mental dalam proses pembelajaran guna meningkatkan peran
aktif siswa.
Kata-kata Kunci: Pembelajaran, PJBL, Hasil Belajar
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai seorang pendidik tentunya setiap
guru menghendaki agar setiap pembelajaran yang dilakukannya dapat berhasil. Hal ini berarti
dalam proses belajar mengajar,guru menginginkan agar
semua siswa dapat menguasai materi secara maksimal.
Namun pencapaian target yang telah ditetapkan oleh guru terkadang tidak dapat tercapai. Hal ini
dikarenakan adanya berbagai faktor yang menghambat tercapainya tujuan pembelajaran.Berkaitan dengan hal tersebut,
sebagai seorang guru berkaiatan dengan tugasnya sebagai evaluator dan
analisator harus dapat mengetahui
kekurangan dan kelebihannya dalam proses pembelajaran untuk kemudian mampu melakukan tindak lanjut, baik kekurangan maupun kelebihannya
dalam pembelajaran yang pasti akan berdampak baik positif atau negatif
pada pencapaian ketuntasan belajar siswa.
Jika menilik belajar tuntas pada kurikulum 1975 sampai dengan 2004, akan ditemukan perbedaan
yang mendasar mengenai ketuntasan belajar. Pada kurikulum tahun 1975, siswa dikatakan
belajar tuntas secara individual, jika telah
menguasai materi 75% pada tes formatif, dan tuntas secara klasikal jika telah tercapai penguasaan materi 60% dari semua siswa. Pada kurikulum
tahun 1984 , siswa dikatakan belajar
tuntas secara individual, jika telah menguasai materi 75% pada tes formatif, dan tuntas secara klasikal jika telah tercapai
penguasaan materi 85 % dari semua
siswa.Sedangkan pada kurikulum 1994 Standar Nasional untuk ketuntasan belajar secara individual adalah jika secara individu siswa telah
1
mencapai nilai 65 pada tes formatif,sedangkan ketuntasan secara klasikal jika sekelompok siswa dalam satu kelas lebih besar atau sama dengan 85% telah mencapai nilai 65. Jika hal tersebut
telah tercapai, guru dapat melanjutkan materi
ke pokok bahasan selanjutnya. Standar ketuntasan pada kurikulm 2004
berbeda dari kurilkulum sebelumnya.
Pada kurikulum 2004 ditetapkan bahwa ketuntasan belajar adalah 75% sampai 100%. Namun setiap sekolah dapat menentukan Standar ketuntasan sesuai dengan keadaan
dan situasi sekolah, yang kemudian secara bertahap
meningkatkan standar ketuntasan yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan asumsi tersebut, maka Penulis
mencoba merencanakan suatu proses
perbaikan pembelajaran. Hal ini berdasarkan kenyataan, adanya beberapa masalah
pembelajaran yang terjadi
di SMPN 1 Larangan. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa fakta yang menunjukkan rendahnya
tingkat penguasaan materi oleh siswa.
Berbagai fakta tesebut menunjukkan bukti bahwa pembelajaran di SMPN
1 Larangan, belum berhasil.
Setelah
dilaksanakan pembelajaran Informatika pada hari Senin, 27 Januari 2024 di kelas VII SMPN 1 Larangan
Kompetensi Dasar “Dampak Sosial Informatika “ternyata penguasaan
materi oleh siswa masih sangat jauh dari yang
diharapkan. Pada saat diadakan evaluasi ternyata nilai siswa masih
sangat rendah. Hal ini dapat dilihat
ternyata hanya ada 8 dari 32 orang
siswa yang mencapai nilai di atas 60.
Ini berarti ketuntasan belajar baru mencapai 25 %. Sedangkan sisanya sebanyak
24 orang atau 75% belum mencapai ketuntasan belajar. Dua orang di antaranya
masih mendapat nilai kurang. Dari hasil tersebut
Penulis bersama
Teman
Sejawat melakukan diskusi untuk
mengambil langkah-langkah perbaikan, untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah
Setelah melakukan refleksi, maka diketahui
bahwa dalam pembelajaran yang dilakukan terdapat kejadian-kejadian sebagai berikut :
a) Kurangya perhatian siswa terhadap penjelasan guru.
b)
Siswa terlihat sangat
jenuh dalam proses
pembelajaran;
c) Siswa pasif
dalam pembelajaran
d)
Motivasi belajar siswa masih sangat
rendah.
e)
Respon siswa terhadap
pertanyaan guru sangat
lambat .
f)
Siswa belum mampu
mengikuti metode belajar
yang diterapkan oleh guru.
g) Prestasi siswa sangat rendah.
h)
Pembelajaran sangat abstrak tanpa adanya alat peraga/ media pembelajaran yang membantu
siswa.
Dari beberapa kejadian di atas merupakan
penyebab rendahnya prestasi siswa. Guna meningkatkan prestasi
siswa, dalam hal ini guru harus mampu memperbaiki
hal-hal yang yang menjadi kendala dalam pembelajaran tersebut. Namun dalam hal ini, Penulis memfokuskan
perbaikan pada penggunanan metode pembelajaran dan penggunaan alat peraga. Hal ini berdasarkan pertimbangan, bahwa
metode belajar dan alat peraga adalah dua hal utama yang menjadi penentu keberhasilan pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, ada
beberapa hal yang dapat dijadikan alternatif pemecahan
masalah yakni dengan cara menerapkan metode pembelajaran yang tepat, sehingga
siswa nantinya akan mampu terlibat
aktif dalam pembelajaran. Disamping
itu diperlukan adanya media pembelajaran yang
dapat membantu penyampaian materi. Hal ini berdasarkan pertimbangan
bahwa siswa SMP kelas 7 yang masih
berpikir konkret, perlu adanya pembelajaran yang konkret pula. Dengan adanya alat peraga akan membantu guru dalam
memberi kesan bahwa pembelajaran
adalah sesuatu yang kongkret dan sangat dekat dengan kehidupan siswa. Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa
minat, motivasi dan hasil belajar
siswa rendah. Dari hasil pengamatan tersebut, di dalam pembelajarannya
guru tidak menggunakan alat peraga kurang diberikan contoh konkret. Serta siswa kurang berminat dan
bermotivasi dalam belajar. Selanjutnya hal
ini menjadi dasar bagi penulis sebagai guru untuk segera melakukan perbaikan pembelajaran sehingga hasil
belajar siswa dapat meningkat.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah
kemudian Penulis merumuskan masalah pembelajaran yang akan diperbaiki melalui Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yakni sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah metode diskusi kelompok
dan PJBL tentang
dampak sosial media
mampu meningkatkan pemahaman
siswa pada pembelajaran Informatika? ”
2.
Seberapakah metode diskusi kelompok dan PJBL tentang dampak
sosial media mampu meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran Informatika? ”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan
metode diskusi kelompok dan PJBL tentang dampak sosial Informatika untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Informatika.
2. Menentukan seberapa
peningkatan belajar siswa pada pembelajaran Informatika tentang dampak sosial informatika.
E.
Manfaat Penelitian
Pada intinya hasil dari sebuah penelitian
diharapkan sedikit banyaknya mampu memberikan manfaat, bagi dunia pendidikan pada khususnya dalam ramngka
memberikan sumbangan pada tercapainya tujuan pembangunan nasional di bidang pendidikan pada khususnya.
Adapun beberapa manfaat yang diharapkan antara lain :
1. Bagi Siswa
Penelitian yang dilakukan adalah salah
satu upaya yang dilakukan guru untuk
dapat memperbaiki pembelajaran. Dengan demikian hasil dari peneltian ini dapat dijadikan pedoman
bagi guru untuk membuiat kebijakan
dalam rangka membantu meningkatkan pretsasi siswa.
Dengan demikian siswa akan mampu mencapai
sebuah prestasi yang maksimal, karena mendapat bantuan yang tepat dari guru.
2. Bagi Guru/ Peneliti
Seorang guru dituntut untuk senantiasa
meningkatkan profesionalitasnya dalam mengajar.
Dengan melakukan peneltian
ini guru akan terlatih untuk menemukan
sebuah permasalah, untuk kemudian mencari solusi pemecahannya, untuk dapat meningkatkan prestasi siswa.
Dengan demikian seorang guru akan terlatih
dan terampil untuk melakukan perbaikan dan artinya profesionalitasnya akan meningkat.
3. Bagi Sekolah
Sebuah lembaga pendidikan akan berkembang
jika para pendidik yang ada di dalamnya
memiliki kemampuan dan kemauan untuk, terus meningkatkan kualitasnya. Sekolah yang mampu mendorong para gurunya untuk
terus belajar dan belajar dalam
rangka meningkatkan kemampuannya akan merasakan manfaat yang sangat besar. Dalam hal ini dilihat dari segi peningkatan
prestasi siswa , maupun pelaksanaan
kegiatan di sekolah. Guru-guru yang dinamis akan selalu mendorong perkembangan
sekolah ke arah yang lebih
maju.
4. Bagi Pembaca Secara Umum
Hasil dari sebuah penelitian dapoat
memberikan sedikit sumbanagn bagi dunia pendidikan, khususnya para guru dalam melakukan
perbaikan pembelajaran.
Sedangkan bagi pembaca secara umum, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk
mengetahui sejauh mana perkembangan pendidikan
di sebuah lembaga pendidikan.
BAB II
LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan Teoretis
1. Peranan Motivasi Belajar
Siswa dalam Pencapaian Tujuan Pembelajaran
Motivasi
belajar merupakan unsur yang paling penting dalam proses pembelajaran. Ada atau tidaknya
motivasi belajar dalam diri siswa akan menetukan
apakah siswa akan terlibat secara aktif dalam pembelajaran atau bersikap pasif dan tidak peduli.
Agar proses belajar dapat berjalan dengan
efektif, maka diperlukan tingkat motivasi yang mengarahkan perilaku
siswa mencapai suatu tujuan, dengan kekuatan
yang sebanding dengan kekuatan motivasi siswa. Intensitas motivasi yang terlalu rendah atau terlalu
kuat akan mempengaruhi usaha siswa dalam
menerima materi pelajaran. Apabila terlalu rendah maka usaha akan
minimal, sikap acuh tak acuh, dan tidak peduli, sedangkan
apabila terlalu kuat akan menimbulkan ketegangan (rangsangan,
stress) dalam diri siswa yang tinggi. Hal ini terkadang
justru menghambat usaha dalam belajar.
Ketegangan ini menimbulkan rasa takut gagal yang dapat
menimbulkan tidak fleksibelnya siswa dalam pembelajaran.
2. Peranan Guru dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa
Usaha
yang dapat dilakukan
dalam memotivasi siswa dalam belajar
merupakan sebuah tanggung jawab kunci seorang guru. Ketika berada di
dalam kelas guru memegang peranan
yang penting. Guru diharapkan dapat mengarahkan siswa untuk mencapai
tujuan yang diharapkan dengan mmperhatikan motif/ tujuan
8
pribadi siswa. Ketika melihat siswa yang bosan guru harus dapat memberi
tantangan baru kepada siswa yang kelebihan energi.Guru harus dapat
membuat keseimbangan antara materi
pelajaran yang mudah dengan yang sulit agar siswa tidak bosan atau frustasi. Tugas guru dalam hal ini perlu dilakukan
secara profesional, menggunakan segala pengetahuan, kepribadian, dan ketrampilan profesional untuk “ mempengaruhi
dan mengarahkan siswa”.
Maslow membedakan kebutuhan manusia
menjadi 5 tingkat. Kebutuhan poada
tingkat yang lebih rendah harus dipenuhi dulu sebelum kebutuhan tingkat selanjutnya. Kelima kebutuhan
tersebut adalah :
a.
Kebutuhan Fisik seperti
kebutuhan primer (Sandang, pangan , papan)
b.
Kebutuhan rasa aman
c.
Kebutuhan menjadi bagian
dari suatu kelompok;
d.
Kebutuhan untuk dihargai; dan
e.
Kebutuhan aktualisasi diri.
3. Pemilihan Metode Pembelajaran
Menurut UU RI No 20 Tahun 2003 bahwa
pembelajaran adalah “…. proses interaksi
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”. Pembelajaran sebagai
suatu konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagi upaya sistemik
untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi
individu sebagai peserta didik.
Berkaitan dengan pengertian di atas tampak
bahwa antara belajar dengan pembelajaran dan pembelajaran saling terkait satu sama lain. Keterkaitan itu
terletak pada terjadinya perubahan perilaku individu., dan
bahwa pembelajaran sengaja dilakukan
untuk menghasilkan belajar
atau dengan kata lain belajar
merupakan parameter pembelajaran. Walaupun demikian perlu diingat bahwa tidak semua proses
belajar merupakan konsekuensi dari pembelajaran.
Guru merupakan salah satu aktor yang berperan
sangat vital dalam pencapaian
tujuan belajar. Untuk dapat melakukan tugas yang berat tersebut, guru harus memiliki kemampuan untuk menciptakan
suatu lingkungan belajar yang mendukung
terciptanya suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Dari situasi yang kondusif tersebut akan
mampu mendorong pencapaian tujuan belajar secara
maksimal.
Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan,
perlu suatu perbuatan yang bersifat memanusiawikan pendidikan. Maksudnya adalah bahwa perbedaan
individual siswa perlu mendapatkan perhatian yang memadai. Dalam
pengajaran secara klasikal
pada dasarnya kebutuhan
masing-masing siswa tidak dapat dilayani oleh guru, karena dalam
pengajaran klasikal semua siswa diperlakukan
sama. Untuk mengatasi
hal tersebut maka guru perlu menerapakan metode mengajar yang bervariasi agar pada akhirnya
siswa secara kelompok
bahkan sebagai individu
mendapatkan perhatian yang lebih khusus
sesuai karakteristiknya.
Berbagai
metode pembelajaran yang bisa diterapkan guru untuk memaksimalkan pencapaian tujuan pembelajaran secara maksimal. Hal dimaksudkan
agar setiap anak lebih mendapatkan perhatian serta memungkinkan terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa, dan siswa
dengan siswa. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka seorang guru perlu merancang
pelaksanaan bentuk pengajaran tersebut agar hasilnya
dapat maksimal. Dalam hal ini
metode pembelajaran pada intinya adalah memberikan kebebasan seluas-luasnya bagi siswa untuk mengembangkan
kreatifitasnya dalam proses pembelajaran.
Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan
terhadap manusia yang ingin belajar
atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut
dengan bantuan fasilitasi orang
lain.Sehingga teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar
menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan, atau teknologi dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan
dirinya sendiri.
Hasil belajar bergantung pada pengalaman
dan perspektif yang dipakai dalam
interpretasi pribadi. Sebaliknya, fungsi pikiran menginterpretasi peristiwa, obyek, perspektif yang dipakai, sehingga
makna hasil belajar
bersifat individualistik.
Suatu kegagalan dan kesuksesan dilihat sebagai beda interpretasi yang patut dihargai dan sukses belajar
sangat ditentukan oleh kebebasan siswa melakukan
pengaturan dari dalam diri siswa. Tujuan pembelajaran adalah belajar how
to learn. Penyajian isi KBM fakta diinterpretasi untuk mengkonstruksikan pemahaman
individu melalui interaksi sosial.
Untuk
mendukung kualitas pembelajaran maka sumber belajar
membutuhkan data primer,
bahan manipulatif dengan penekanan pada proses penalaran dalam pengambilan kesimpulan. Sistematika evaluasi lebih
menekankan pada penyusunan makna secara aktif, keterampilan
intergratif dalam masalah nyata,
menggali munculnya jawaban divergen dan pemecahan ganda. Evaluasi dilihat sebagai suatu bagian kegiatan belajar mengajar
dengan penugasan untuk menerapkan
pengetahuan dalam konteks nyata sekaligus sebagai evaluasi proses
untuk memecahkan masalah.
Selama ini masyarakat kita berada dalam
suatu budaya dimana belajar dipandang
sebagai suatu proses mengkonsumsi pengetahuan. Guru bukan sekadar fasilitator, melainkan sebagai sumber tunggal pengetahuan di depan kelas. Pembelajaran yang sedang dikampanyekan, disosialisasikan justru berbeda
dengan pandangan tersebut.
Belajar adalah suatu proses dimana
siswa memproduki pengetahuan. Siswa menyusun pengetahuan, membangun makna (meaning making), serta mengkonstruksi gagasan.
Pada dasarnya teori kontruktivisme menekankan bahwa belajar adalah meaning making atau
membangun makna, sedang mengajar adalah schaffolding atau memfasilitasi. Oleh karena itu skenario suatu
pembelajaran maupun kegiatan belajar mengajar
yang hanya terhenti
pada tahapan dimana siswa mengumpulkan data dan memperoleh informasi dari luar yakni guru,
narasumber, buku, laboratorium dan lingkungan
ke dalam ingatan siswa saja, belumlah cukup, karena siswa masih berada pada
tingkatan mengkonsumsi pengetahuan. Karena itu perlu langkah- langkah
yang menunjukkan tindakan
siswa mengkonstruksi gagasan
untuk memproduksi pengetahuan.
Langkah-langkah inilah yang sedang disosialisasikan dua tahun terakhir.
Berdasarkan berbagai pertimbangan, sudah
selayaknya seorang guru harus mampu
menetapkan metode pembelajaran yang tepat untuk mencapai suatu target pembelajaran. Beberpa metde pembelajaran
yang sudah ada mempunyai masing- masing kekuatan
dan kelemahan. Dalam hal ini seorang guru harus mempertimbangkan beberapa asfek misalnya
: karakteristik siswa, motivasi belajar
siswa, ketersediaan sarana prasarana, dan kompleksitas materi.
Dalam laporan ini penulis memilih pengamatan gambar dan
diskusi kelompok.
2. Metode Pembelajaran Diskusi
Kelompok
a. Pengertian
Muhibin Syah (2000),
mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode
mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving).
Metode ini lazim juga disebut
sebagai diskusi kelompok
(group discussion) dan
resitasi bersama ( socialized recitation).
b.
Kelebihan Metode diskusi
Ada beberapa kelebihan dari metode diskusi sehingga dipilih dalam
pembelajaran, yakni sebagai
berikut :
1)
Menyadarkan siswa bahwa masalah
dapat dipecahkan dengan berbagai jalan.
2)
Menyadarkan siswa bahwa dengan berdiskusi mereka saling
mengemukakan pendapat.
3)
Membiasakan siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda
dengan pendapatnya dan
membiasakan bersikap toleransi.
c.
Kelemahan Metode Diskusi
Di samping mempunyai kelebihan metode ini juga memiliki
beberapa keterbatasan yang perlu
diperhatikan oleh guru, yaitu sebagai
berikut :
1)
Tidak dapat dipakai
dalam kelompok yang sangat besar;
2)
Peserta diskusi hanya memperoleh informasi yang terbatas;
3)
Hanya dapat dikuasai
oleh orang-orang yang suka berbicara;
4)
Biasanya orang menghendaki pendekatan
yang lebih formal ( Syaiful
Bahcri . 2000)
d. Metode diskusi
diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
1)
Mendorong siswa berfikir kritis;
2)
Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya;
3)
Mendorong siswa menyumbangkan pendapatnya untuk memecahkan masalah;
4)
Mengambil alternatif jawaban
berdasarkan pertimbangan bersama.
e.
Kelebihan Metode diskusi
Ada beberapa kelebihan dari metode diskusi sehingga dipilih dalam
pembelajaran, yakni sebagai
berikut :
1)
Menyadarkan siswa bahwa masalah
dapat dipecahkan dengan berbagai jalan.
2)
Menyadarkan siswa bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat.
3)
Membiasakan siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda
dengan pendapatnya dan
membiasakan bersikap toleransi.
f.
Kelemahan Metode Diskusi
Di samping mempunyai kelebihan metode ini juga memiliki
beberapa keterbatasan yang perlu
diperhatikan oleh guru, yaitu sebagai
berikut :
1) Tidak dapat dipakai dalam
kelompok yang sangat besar;
2) Peserta diskusi
hanya memperoleh informasi yang terbatas;
3) Hanya dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara;
4)
Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal ( Syaiful
Bahcri . 2000)
a)
mandiri di lingkungan siswa.
B. Penelitian yang Relevan
Pada pembelajaran yang abstrak, siswa SD akan kesulitan dalam memahami
materi pelajaran. Pada usia SD tahap perkembangan anak berada pada tahap opersional konkret. Artinya dalam
pembelajaran siswa membutuhkan suatu hal
yang nyata untuk dipelajari. Siswa akan kesulitan untuk memahami konsep abstrak.
Materi IPS salah satunya akan sulit dipelajari oleh siswa, karena merupakan
materi abstrak. Pengguanaan alat peraga/ media mutlak diperlukan dalam pembelajaran. Daniatin (2005)
mengemukakan bahwa media gambar dalam pembelajaran IPS sangat penting
dalam membantu siswa memahami materi.
Media mampu membrikan gambaran yang nyata terhadap suatu materi sehingga lebih mudah dipahami.
Eka Puji (2011) mengemukakan bahwa media pembelajaran mampu menjadi rangsangan dan daya tarik untuk siswa untuk mengetahui materi yang dipelajari. Dari beberapa pendapat
tersebut dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran memiliki arti yang
sangat penting dalam membantu pembelajaran
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPS yang abstrak
yang memerlukan kemampuan
siswa dalam hal pemahaman. Hal ini jelas sangat bertentangan dengan tahap perkembangan siswa pada usia SD yakni
tahap operasional konkret di mana siswa hanya mampu memahami hal-hal
yang konkret. Oleh karena itu dalam pembelajaran IPS, guru harus mampu
menyajikan materi secara konkret sehingga mudah
dipahami oleh siswa. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengkonkretkan
materi.
Proses kerangka berpikir
dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar.2.1 Skema Kerangka
Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
1.
Metode diskusi kelompok dan PJBL tentang
dampak sosial Informatika dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
2.
Terdapat peningkatan hasil belajar
siswa pada pembelajaran Informatika kompetensi dasar dampak sosial informatika.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh penulis, dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan
kegiatan yang telah disusun oleh Penulis bersama
Teman Sejawat. Jadwal yang dibuat sesuai dengan mata pelajaran yang ada di kelas pada hari dan waktu yang
sesuai dengan mata pelajaran yang akan digunakan
untuk pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Secara rinci pelaksanaan perbaikan
pembelajaran ini akan diuraikan
sebagai berikut :
1. Lokasi
Tempat pelaksanaan perbaikan
pembelajaran dilaksanakan di SMPN 1 Larangan
Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes
2. Tingkat Kelas
Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VII
dengan jumlah siswa sebanyak 32 Orang
, yang terdiri dari 21 laki-laki dan 11 perempuan, dipilih oleh Penulis untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Hal ini dengan pertimbangan, kelas VII
adalah kelas yang diajar oleh Penulis sebagai guru TIK di SMPN 1 Larangan. Pada mata pelajaran noneksakta Penulis memilih mata pelajaran Informatika dengan kompetensi dasar “Dampak Sosial Informatika”
18
3. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan sesuai dengan
jadwal yang telah disusun oleh Penulis bersama
dengan teman Sejawat.
Pembagian waktunya adalah sebagai berikut :
1. Siklus I
: Senin, 27 November 2023
2. Siklus II
: Sabtu, 13 Januari 2024
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peningkatan
hasil belajar siswa yang sangat rendah dalam pembelajaran dengan
menggunakan kegiatan diskusi kelompok dan PJBL pada materi Dampak Sosial Informatika,.
C. Sumber Data
Data awal dari penelitian ini diperoleh
dari dokumen hasil pembelajaran siswa. Sedangkan
data penelitian diambil
oleh Pengamat selama kegiatan penelitian.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
cara :
Melakukan studi dokumentasi yakni berkas nilai
ulangan harian siswa, lembar
penilaian keaktifan siswa, maupun catatan yang ada di kelas terkait kegiatan pembelajaran.
2.
Alat Pengumpulan Data
a.
Lembar kegiatan siswa.
b.
Tes akhir siklus I
dan siklus II.
c.
Lembar pengamatan partisipasi belajar siswa dan kinerja guru.
3. Sumber Data
a.
Hasil tes akhir
siswa kelas VII SMPN 1 Larangan.
b.
Hasil pengamatan terhadap
partisipasi belajar siswa dan kinerja
guru.
4.
Cara Pengumpulan Data
a. Pelaksanaan ulangan
harian
b. Pelaksanaan pengamatan oleh pengamat
E. Validasi Data
Dalam penelitian ini pemeriksaan keabsahan
data dilakukan dengan triangulasi
(triangulation), pengecekan dengan teman sejawat (peer debriefing), analisis terhadap kasus-kasus negatif (negative case analysis), dan penggunaan referensi
yang akurat (referention adequancy).
F. Analisis Data
Teknik
analisis data merupakan
upaya mencari dan menata secara
sistematis hasil dari observasi, tindakan dan dokumentasi untuk
meningkatkan pemahaman penelitian
terhadap kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Kegiatan analisis merupakan refleksi
dari data sebelum tindakan dan hasil selama dan setelah
tindakan.
Analisis data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk analisis
deskriptif, yakni mendeksripsikan semua temuan dalam penelitian disertai
dengan data-data kuantitatif yang dianalisis
secara sederhana (persentase).
G. Indikator Kinerja
Pembelajaran dikatakan berhasil untuk
meningkatkan mutu pembelajaran Informatika, materi kegiatan
ekonomi antar bangsa menjadi
prosa adalah jika
:
a. Hasil Belajar
Siswa
1) Rata-rata kelas sekurang-kurangnya 65 sesuai ketuntasan minimal
2)
Persentase tuntas klasikal sekurang-kurangnya 70% (minimal 70% siswa yang memperoleh skor ≥
65).
b. Partisipasi Belajar
Siswa
1) Siswa yang berani mengajukan pertanyaan lebih dari 50%.
2)
Siswa yang berani dalam menjawab pertanyaan atau mengemukakan pendapat lebih dari 50%.
3)
Partisipasi siswa dalam melakukan
kegiatan pembelajaran interaktif lebih dar 75%.
c. Kinerja
guru dalam pembelajaran Skor kinerja minimal Baik.
d. Ketuntasan (Taraf Serap)
Terdapat 75 % atau lebih siswa telah tuntas
belajar
5. Rumus Analisis
Data
Rumus-rumus yang digunakan
untuk mengolah data hasil belajar
sebagai berikut :
a. Untuk menentukan
nilai tes hasil belajar yang diperoleh masing-masing siswa adalah :
X = 𝑆𝑃 x 100
𝑆𝑀
Keterangan : sp = skor perolehan
sm = skor maksimal X = nilai akhir
b. Untuk menentukan rata-rata kelas :
R = ∑ X N
Keterangan : R = rata-rata kelas
N
= jumlah siswa X = nilai
akhir
c. Ketuntasan belajar
KKM = 𝑆𝑇 x 100%
𝐽𝑆
KKM : Ketuntasan Belajar
Minimal ST : Jumlah Siswa Tuntas
JS : Jumlah
Seluruh Siswa
H.
Prosedur Penelitian
1.
Deskripsi Kondisi
Awal
Setelah
dilaksanakan pembelajaran Informatika pada hari Senin, 27 November 2023 di kelas VIIF SMPN 1
Larangan Kompetensi Dasar “Dampak Sosial Informatika“ ternyata penguasaan materi siswa masih belum mencapai hal yang diharapkan. Pada saat diadakan
evaluasi ternyata nilai siswa masih sangat rendah.
Hal ini dapat dilihat ternyata
ada 8 dari 32 orang siswa yang
mencapai nilai di atas 60. Ini berarti ketuntasan belajar
baru mencapai 25 %. Sedangkan sisanya sebanyak 24 orang atau 75 % belum mencapai ketuntasan belajar.Nilai
rata-rat siswa hanya mencapai 52,81. Tiga
orang di antaranya masih mendapat nilai kurang. Dari hasil tersebut
Penulis bersama Teman Sejawat melakukan
diskusi untuk mengambil
langkah-langkah perbaikan, untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
2. Siklus I
a. Rencana
Berdasarkanhasil evaluasi pada tahap prasiklus, maka Penulis sebagai
guru berusaha mencari
solusi penyelesaian rendahnya
prestasi siswa dalam pembelajaran. Kegiatan
perbaikan yang dilakukan
Penulis diawali dengan kegiatan refleksi.
Hal ini dilakukan
untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan pada pembelajaran yang dilakukan pada saat pra siklus.
Sebelum melaksanakan perbaikan pembelajaran Penulis berdiskusi dengan Teman sejawat. Kemudian Penulis untuk
membuat perencanaan kegiatan yang akan
dituangkan dalam rencana perbaikan pembelajaran. Penulis meminta saran dan masukkan dari Teman Sejawat dan
Pembimbing untuk memperbaiki proses pembelajaran. Setelah
berdiskusi dengan Teman Sejawat serta
menerima saran dari Pembimbing,
Penulis menyusun rencana
perbaikan sebagai berikut:
1. Menyusun
rencana perbaikan pembelajaran berdasarkan
refleksi awal dari pelaksanaan pra siklus.
2. Memilih dan menetapkan metode
belajar yang lebih tepat;
3. Mempersiapkan alat peraga berupa
gambar contoh poster dampak positif
dan negative media Informatika;
4. Merancang kegiatan
simulasi untuk mendesain poster dampak social
informatika
6. Menyiapkan lembar pengamatan yang akan digunakan oleh Teman Sejawat
untuk mengamati kegiatan
pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Berdasarkan rencana perbaikan yang telah disusun,
maka selanjutnya Penulis menyusun kegiatan perbaikan yang
dituangkan pada rencana perbaikan pembelajaran
(RPP Siklus I). Fokus perbaikan pada siklus I ini adalah kurangnya peran
aktif siswa dalam simulasi, dan belum tersedianya alat peraga yang memadai. Cara yang dilakukan adalah
dengan lebih memberikan bimbingan pada anak
pada saat simulasi dan melengkapi alat peraga berupa video pembelajaran. Kegiatan
perbaikan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan Awal ( 5 Menit)
1) Pengecekan kesiapan
kelas
2) Absensi
3) Apersepsi
“Guru bertanya
Apakah ada di antara kamu yang bermain media social
seperti tik tik, instagram dan lain - lain?”
“ Mengapa
ada orang yang mengantarkan
barang ke rumah kita?”
2. Kegiatan Inti ( 55 Menit)
1) Guru memasang
gambar tentang jenis – jenis media sosial
a.
contoh barangnya.
2)
Guru memberikan penjelasan tentang
latar belakang barang
yang dikirim kurir
ke alamat kita
3) Membentuk kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari 8 orang.
4)
Guru mengatur agar setiap
kelompok mendesain poster
dampak social informatika berbeda
5)
Setiap kelompok siswa diminta untuk membuat poster dampak social informatika.
6)
Dalam kelompok yang sama siswa diminta
untuk berdiskusi tentang
manfaat dari kegiatan ekspor dan impor.
7) Siswa mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas.
8) Guru bersama
siswa menyimpulkan hasil simulasi dan diskusi kelompok..
9) Guru Memberikan soal evaluasi
3.
Kegiatan Akhir
a) Guru bersama
siswa menyimpulkan materi
pembelajaran.
b) Guru memberikan pekerjaan rumah untuk siswa
c.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat untuk melakukan kegiatan selanjuytnya.
d. Refleksi Siklus
I
Setelah
dilaksanakan pembelajaran Informatika pada hari Senin, 27 November 2023 di kelas VII/F SMPN 1
Larangan Kompetensi Dasar “Dampak Sosial Informatika“ternyata penguasaan materi oleh siswa mengalami
peningkatan yang
cukup signifikan. Hal ini terbukti , pada saat
evaluasi terdapat 16 dari 32 siswa yang mencapai nilai di atas 60. Ini
berarti ketuntasan belajar sudah
mencapai 50 %. Sedangkan sisanya sebanyak 16 siswa atau 50 % belum mencapai ketuntasan belajar. Dari hasil tersebut Penulis bersama Teman Sejawat kembali
melakukan refleksi dan diskusi untuk mengambil langkah-langkah perbaikan, untuk meningkatkan prestasi beberapa siswa yang masih
belum tuntas.
Berdasarkan tabel pengamatan yang telah
disusun bersama dengan teman sejawat
terdapat beberapa hal yang terjadi dalam proses pembelajarn Siklus I ini. Pada pelaksanaan pembelajaran Siklus I ini terdapat adanya kelemahan dan kekuatan pada pembelajaran yang dilaksanakan antara
lain :
Kelebihan
- Guru sudah
menyiapkan alat peraga.
-
Pengelolaan kegiatan bermain peran
kegiatan ekspor impor sudah cukup baik
2. Kelemahan
- Guru seharusnya menyediakan alat peraga berupa
barang nyata paket.
-
Ada beberapa siswa yang luput dari
pengamatan guru, sehingga tidak mengikuti kegiatan diskusi
Beberapa
kekuatan tersebut kemudian
akan dipertahankan pada siklus perbaikan selanjutnya, sedangkan beberapa
kelemahan akan diperbaiki pada siklus perbaikan selanjutnya.
3. Siklus II
a. Rencana
Sebelum
melaksanakan perbaikan pembelajaran Siklus II, Penulis
berdiskusi kembali dengan Teman sejawat berkaitan dengan pelaksanaan
Siklus I. Setelah berdiskusi dengan
Teman Sejawat serta menerima saran dari Pembimbing, Penulis menyusun rencana perbaikan pembelajaran berdasarkan
hasil Siklus II dengan cara memperbaiki dan menambah hal-hal
yang kurang serta mempertahankan kebaikan-kebaikan yang ada dalam pembelajaran siklus I.
Jika sekilas diamati
, memang kurangnya
penguasaan materi pada beberapa
siswa merupakan buah dari kesalahan siswa itu sendiri. Namun sebagai guru, Penulis tetap berusaha untuk mencari
akar permasalahan sebenarnya yang mengakibatkan
tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Bertolak dari hal tersebut Penulis mencoba mengingat kembali
langkah-langkah yang dilakukan pada proses
pembelajaran berlangsung. Akhirnya
Penulis menemukan beberapa
hal yang merupakan akar penyebab kurangnya tingkat
penguasaan siswa terhadap
materi.
Beberapa kekurangan dalam pembelajaran yang menyebabkan
rendahnya tingkat penguasaan materi pada siswa, merupakan tugas seorang guru untuk untuk mencari
jalan penyelesaiannya. Dalam hal ini Penulis mencoba memfokuskan masalah pada penyampaian metode yang
kurang tepat dalam proses pembelajaran. Adapun beberapa hal yang akan dilakukan Penulis adalah
sebagai berikut :
1. Menyusun
rencana perbaikan pembelajaran berdasarkan
refleksi awal dari pelaksanaan siklus I.
2. Merancang kegiatan
bermain peran, sehingga
semua siswa paham mengenai tugas
dan peranan masing-masing dalam permainan
tersebut;
3.
Mempersiapkan alat peraga
berupa gambar contoh
barang pesanan
4. Menyiapkan lembar
kerja siswa
5. Menyiapkan lembar
pengamatan yang akan digunakan oleh Teman Sejawat
untuk mengamati kegiatan pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pelaksaan perbaikan pembelajaran Penulis
lakukan dengan memperbaiki cara penyampaian materi pada kegiatan
pembelajaran. Hal tersebut
dilakukan dengan cara berusaha untuk melibatkan siswa secara lebih aktif dalam pembelajaran. Beberapa
hal yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan Awal
a. Pengecekan kesiapan
kelas
b. Absensi
c. Apersepsi
“Guru
bertanya Apakah ada di antara anak – anak yang bernain gejet?” “ Mengapa
kita dapat memesan barang tanpa harus
keluar rumah?”
2. Kegiatan Inti
a. Guru memasang
gambar tentang kegiatan
ekspor dan Impor serta gambar
b. contoh barangnya.
c.
Guru memberikan penjelasan tentang
latar belakang terjadinya kegiatan dampak negative
media social.
d. Membentuk kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 7-8 siswa.
e.
Guru mengatur agar setiap kelompok mengatamti dampak negative media
soial baik individu, social atau yang dialami pemimpin
suatu negara.
f.
Setiap kelompok siswa diminta
untuk memecahkan masalah dari studi kasus.
g.
Dalam kelompok yang sama siswa diminta
untuk berdiskusi tentang
dampak negative media sosial.
h. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
i. Guru bersama
siswa menyimpulkan hasil pembeljaran.
j. Guru Memberikan soal evaluasi
3. Kegiatan Akhir
a. Guru bersama
siswa menyimpulkan materi
pembelajaran.
b. Guru memberikan pekerjaan rumah untuk siswa
c. Guru menganalisis hasil evaluasi
d. Guru memberikan pekerjaan rumah untuk siswa
4. Refleksi Siklus II
Setelah
dilaksanakan pembelajaran Informatika di kelas VII/F SMPN 1 Larangan Kompetensi Dasar “Dampak negative media sosial “ ternyata penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran mengalami peningkatan
kembali yang cukup memuaskan. Nilai
evaluasi siswa semakin membaik . Hal
ini dapat dilihat ada 31
orang dari 32 siswa yang mencapai nilai di atas 60. Ini berarti ketuntasan belajar telah mencapai 96,875%. Sedangkan sisanya sebanyak 1 orang atau 3,125 % belum
mencapai ketuntasan belajar.
Satu orang di antaranya diketahui
memiliki masalah yakni menderita masalah lambat belajar.
Masalah ini
belum bisa teratasi oleh Penulis, hal ini dikarenakan belum
teridentifikasinya latar belakang siswa, misalnya keadaan
ekonomi, kondisi keluarga
dll. Hal ini memerlukan waktu yang cukup lama dalam penyelesaiannya. Namun Penulis akan berdiskusi dengan teman Guru dan
Kepala Sekolah untuk mengatasi masalah tersebut,
sehingga permasalahan yang dihadapi akan dapat diatasi. Berdasarkan tabel pengamatan yang telah disusun
bersama dengan teman sejawat terdapat
beberapa hal yang terjadi dalam proses
pembelajaran Siklus II ini.
Berdasarkan tabel pengamatan yang telah disusun bersama
dengan teman sejawat terdapat
beberapa hal yang terjadi dalam proses pembelajarn Siklus I ini. Pada pelaksanaan pembelajaran Siklus I ini
terdapat adanya kelemahan dan kekuatan pada pembelajaran yang dilaksanakan
antara lain :
1. Kelebihan
- Guru sudah
menyiapkan alat peraga.
-
Pengelolaan kegiatan memecahkan
study kasus sudah terlaksana dengan baik.
2. Kelemahan
- Guru seharusnya menyediakan video pembelajaran agar lebih menarik.
-
Ada beberapa siswa yang luput dari
pengamatan guru, sehingga tidak mengikuti kegiatan diskusi semestinya
Beberapa
kekuatan tersebut kemudian
akan dipertahankan pada siklus perbaikan selanjutnya, sedangkan beberapa
kelemahan akan diperbaiki pad siklus perbaikan selanjutnya.
Dari hasil refleksi, memang terlihat bahwa
proses pembelajaran belum mencapai
hasil yang maksimal (100%). Namun dengan keterbatasan waktu maka penelitian dihentikan pada Siklus II. Meskipun
demikian pada kenyataannya Penulis terus melakukan perbaikan-perbaikan sehingga ketuntasan
belajar akan tercapai secara
maksimal.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
A. Deskripsi Kondisi Awal
Pada pelaksanaan pra siklus yang dilaksanakan pada hari Senin, 27 November
2023, ternyata nilai evaluasi siswa sangat rendah.
Pada proses pembelajaran siswa sangat pasif, dan terbukti
nilai ulangan pun sangat tidak
memuaskan. Hal itu menjadi dasar bagi Penulis untuk mengadakan perbaikan pembelajaran.
Setelah
dilaksanakan pembelajaran Informatika pada hari Senin, 27 November 2023 di kelas VII/F SMPN 1
Larangan Kompetensi Dasar “Dampak Sosial Informatika“ ternyata penguasaan materi siswa masih belum mencapai hal yang diharapkan. Pada saat diadakan
evaluasi ternyata nilai siswa masih sangat
rendah. Hal ini dapat dilihat ternyata ada 6
dari 19 orang siswa yang mencapai nilai di atas 75. Ini berarti ketuntasan belajar baru
mencapai 31,58 %. Sedangkan sisanya sebanyak 13 orang atau 68,42 % belum mencapai ketuntasan
belajar.Nilai rata-rat siswa hanya mencapai 64,21. Tiga orang di antaranya masih mendapat nilai kurang.
Dari hasil tersebut
Penulis bersama Teman Sejawat melakukan
diskusi untuk mengambil
langkah-langkah perbaikan, untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Deskripsi Persiklus
1.
Siklus I
Setelah diadakan perbaikan Hasil perbaikan Siklus I ternyata menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam hal penguasaan materi. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan nilai evaluasi siswa. Meskipun demikian ketuntasan belajar belum tercapai secara maksimal, dan Penulis merasa harus melanjutkan perbaikan pembelajaran pada Siklus yang kedua. Ada beberapa hal dalam pelaksanaan perbaikan siklus I yang harus diperbaiki pada siklus II yaitu berikut
a.
Penjelasan
pada saat kerja kelompok masih ada beberapa anak asyik bermain sendiri
sehingga mereka belum memahami materi
secara penuh.
b.
Ada beberapa siswa yang luput dari pengamatan guru, sehingga tidak mengikuti kegiatan diskusi
Beberapa
kekuatan tersebut kemudian
akan dipertahankan pada siklus perbaikan selanjutnya, sedangkan beberapa
kelemahan akan diperbaiki pada siklus perbaikan selanjutnya.
Guna mengatasi beberapa
kekurangan tersebut , Penulis mencoba
menacari beberpa alternatif penyelesaian antara
lain :
a) Memberikan penjelasan mengenai tugas dan peran siswa dalam kelompok
;
b)
Memberikan motivasi kepada siswa,agar semua siswa aktif
dalam diskusi kelompok
Selanjutnya akan disampaikan data hasil evaluasi
Siklus I. Hasilnya
dapat dilihat dibawah
ini. Hasil perbaikan siklus 1 dapat
dilihat sebagai berikut :
< 75 = 5
x 100% = 33,33 % (belum
tuntas)
15
> 75 = 10 x 100% = 66,67%
( tuntas)
15
Pencapaian Nilai siswa
dapat digambarkan seperti
diagram berikut :
Perbandingan nilai rata-rata
siswa dan pencapaian ketuntasan belajar pada Kondisi Awal dan
siklus I dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 4. 2 Diagram
Batang Nilai Rata-rata
Evaluasi Siswa dan Pencapaian Ketuntasan Belajar pada Prasiklus
dan Siklus I
Dari hasil evaluasi
di atas dapat terlihat, jika dibandingkan dengan prasiklus
nilai rata-rata siswa mengalami kenaikan yang cukup memuaskan. Jika pada tahap prasiklus nilai rata-rata siswa
hanya mencapai 66, maka pada Siklus
I ini, nilai rata – rata siswa sudah mencapai
74, 33 atau mengalami
kenaikan sebesar 8,33 point. Hal ini tentu merupakan
hasil yang cukup memuaskan bagi guru. Sedangkan
dari persentase ketuntasan belajar, ternyata juga mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan,
yakni jika pada prasiklus ketuntasan belajara baru mencapai 33,33 %, maka pada Siklus I ini ketuntasan belajar mencapai 66,67
% atau naik sekitar 33,34%.
Meskipun nilai rata-rata siswa, maupun persentase ketuntasan belajar telah mengalami
kenaikan yang cukup memuaskan,
namun pada kenyataannya ketuntasan belajar belum mencapai angka minimal batas ketuntasan yakni 75 % dari
jumlah siswa. Dengan demikian, maka perbaikan
akan dilanjutkan pada Siklus II.
Berdasarkan tabel pengamatan yang telah
disusun bersama dengan teman sejawat
terdapat beberapa hal yang terjadi dalam proses pembelajarn Siklus I ini. Pada pelaksanaan pembelajaran Siklus I ini terdapat adanya kelemahan dan kekuatan pada pembelajaran yang dilaksanakan antara
lain :
1. Kelebihan
- Guru sudah
menyiapkan alat peraga dengan
lengkap.
-
Metode diskusi kelompok dengan pembimbingan intensif dan penayangan video dapat memfokuskan peserta didik.
-
Dalam kerja kelompok sebagian
besar siswa, sudah menunjukkan keaktifan
2. Kelemahan
-
Penjelasan pada saat melakukan
diskusi kelompok masih kurang terperinci, sehingga siswa masih kebingungan
-
Ada beberapa siswa yang luput dari
pengam,atan guru, sehingga tidak mengikuti kegiatan diskusi maupun diskusi
kelompok
Beberapa kekuatan tersebut kemudian
akan dipertahankan sedangkan
beberapa kelemahan akan
diperbaiki pada siklus II.
2. Siklus II
Berdasarkan hasil perbaikan Siklus I,
ternyata ketuntasan belajar siswa dirasa
belum sesuai dengan yang diharapkan oleh Penulis sebagai guru. Hal ini berdasartkan tuntutan pada tujuan Pendidikan Nasional
secara umum, yakni menciptakan
manusia yang berkualitas. Oleh karena itu , perbaikan pembelajaran dilanjutkan pada siklus II. Beberapa hal
yang menjadi kelemahan pada perbaikan siklsu I, akan diperbaiki pada Siklus II. Beberapa hal yang menjadi
fokus perbaikan pada siklus
ini adalah sebagi berikut :
a.
Penjelasan pada saat melakukan
diskusi kelompok masih kurang terperinci, sehingga
siswa masih kebingungan
b.
Ada beberapa siswa yang luput dari
pengamatan guru, sehingga tidak mengikuti kegiatan diskusi maupun diskusi kelompok
Dan beberapa kelemahan
tersebut diatasi dengan
cara sebagai berikut
:
1. Lebih memaksimalkan diskusi kelompok
2. Memberikan motivasi
agar semua siswa aktif dalam diskusi kelompok.
< 75
= 1 x 100% = 6,67
% (belum tuntas)
15
> 75 = 14 x 100% = 93,33%
( tuntas)
15
Perbandingan nilai rata-rata
siswa dan pencapaian ketuntasan belajar pada Prasiklus dan siklus I dapat digambarkan pada gambar
4.2
100
80
Ketuntasan Nilai rata-rata
60
40
20
0
Siklus I Siklus II
Gambar 4.2 Diagram Batang Nilai Rata-rata Evaluasi Siswa
dan Pencapaian Ketuntasan Belajar pada Siklus I dan Siklus II
Dari hasil evaluasi di atas dapat
terlihat, jika dibandingkan dengan siklus I maka
nilai rata-rata siswa kembali mengalami kenaikan dari Siklus I ke Siklus II ini. Jika pada tahap siklus I nilai
rata-rata siswa baru mencapai 74, 33,
maka pada Siklus II ini nilai rata-rata siswa telah mencapai
79 atau meningkat sebesar
mengalami kenaikan sebesar 4,67 point.
Tentunya hal ini merupakan sebuah hasil yang sangat positif bagi guru. Sedangkan
dari persentase ketuntasan belajar, ternyata juga
mengalami peningkatan yang cukup
menggembirakan dari siklus I ke
Siklus II ini, yakni jika pada siklus I ketuntasan belajar baru mencapai 66,67 %
maka pada Siklus
II ini ketuntasan belajar sudah hampir maksimal
yaitu
mencapai 93,33%) atau
naik sekitar 26,66%. Secara umum didapatkan hasil bahwa ternyata hasil evaluasi mapun
pencapaian target ketuntasan siswa sudah mengalami
peningkatan dari Siklus I ke Siklus II.Namun ternyata masih ada satu siswa yang belum memperlihatkan adanya
perkembangan prestasi. Oleh karena itu direncanakan, siswa tersebut akan
diberikan bimbingan secara khusus, agar dapat meningkatkan hasil belajar.
Berdasarkan tabel pengamatan yang telah
disusun bersama dengan teman sejawat
terdapat beberapa hal yang terjadi dalam proses pembelajaran Siklus I ini. Pada pelaksanaan pembelajaran Siklus I ini terdapat adanya kelemahan dan kekuatan pada pembelajaran yang dilaksanakan antara
lain :
1. Kelebihan
-
Guru sudah menyiapkan alat peraga dengan lengkap.
-
Metode diskusi kelompok kegiatan
perdagangan dunia (ekspor
dan impor) telah dapat diikuti siswa
-
Dalam kerja kelompok sebagian
besar siswa, sudah
menunjukkan keaktifan
2. Kelemahan
-
Siswa yang memiliki kelainan
belajar belum mendapat bimbingan secara khusus, sehingga
sampai pada siklus II, masih belum mencapai
ketuntasan belajar.
Beberapa
kekuatan tersebut kemudian
akan dipertahankan pada siklus perbaikan selanjutnya, sedangkan beberapa
kelemahan akan diperbaiki pada siklus perbaikan selanjutnya.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
atau Action Research Di SMPN 1 Larangan telah dilaksanakan sesuai
dengan jadwal dan ketentuan yang telah ditetapkan. Berbagai hasil dan temuan pada pelaksanaan perbaikan
pembelajaran menjadi bahan renungan dan pedoman bagi Penulis untuk perbaikan–perbaikan pembelajaran di masa datang. Berikut ini akan
dibahas mengenai hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran sebagai berikut: Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran dengan PTK pada pelajaran Informatika Kompetensi dasar dampak social informatika di kelas VII/F SMPN 1 Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes,
telah dilaksanakan. Penulis
memilih metode diskusi
kelompok, eksperimen (membuat
poster) dan kerja
kelompok pada materi ini. Pada tahap prasiklus nilai evaluasi siswa
sangat rendah. Dalam pembelajaran pun siswa sangat pasif. Hal ini dibuktikan
dengan nilai evaluasi siswa yang sangat jauh dari
harapan. Dari 15 siswa hanya hanya 5 siswa ( 33,33%) yang
mendapat nilai di atas 75, sedangkan sisanya
sebanyak 10 siswa (66,67%) mendapat nilai di bawah 75. Bahkan ada 2 orang
siswa yang mendapat
nilai buruk. Nilai rata-rata kelas pun masih sangat rendah dan belum sesuai yang harapan Penulis
sebagai guru. Nilai rata-rata kelas
dari evaluasi siswa hanya
mencapai 66.
Berdasarkan fakta tersebut Penulis bersama
Bapak Cipto Nugroho, S.Pd sebagai Teman Sejawat, melakukan
refleksi untuk mengetahui kekurangan- kekurangan
apa yang menyebabkan rendahya penguasaan materi pada siswa. Dari hasil refleksi Penulis
menyimpulkan, bahwa rendahya
tingkat penguasaan materi
siswa dikarenakan pemilihan metode pembelajaran oleh guru
yang tidak mampu diikuti oleh siswa. Pemilihan
metode pembelajaran yang kurang tepat itu menyebabkan siswa sangat pasif dalam
pembelajaran hanya beberapa orang yang aktif
dalam merespon pertanyaan dari guru, selebihnya siswa hanya diam dan mendengarkan penjelasan dari guru.
Setelah melakukan diskusi dengan teman
sejawat dan Pembimbing Penulis mengadakan
berbagai persiapan diantaranya dengan membuat rencana perbaikan pembelajaran, dan melengkapi alat peraga yang pada tahap pra siklus belum dipergunakan secara maksimal. Pada Siklus I ini Penulis memilih metode
diskusi kelompok. Dipilihnya metode-metode tersebut dengan pertimbangan bahwa Informatika
merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang abstrak sehingga perlu hal nyata yang
mampu dikenali siswa dengan mudah. Dengan diterapkannya metode diskusi
kelompok, maka siswa diberi kesempatan utuk melakukan kegiatan
berimajinasi dan menuangkan idenya, sehingga pemahaman siswa terhadap
materi lebih baik. Hal ini dimaksudkan untuk melatih anak bekerja sama dalam memecahkan suatau permasalahan yang dihadapi.
Setelah diadakan perbaikan pembelajaran
siklus I ternyata kemampuan siswa dalam penguasaan materi menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan. Pada proes pembelajaran
keaktifan siswa lebih baik. Pada saat guru
melakukan diskusi kelompok siswa terlihat cukup antusias. Pertanyaan- pertanyaan yang diberikan guru pada pembelajaran pun mendapat
respon yang cukup baik dari siswa.
Pada saat diadakan evaluasi ternyata nilai ulangan siswa pun menujukkan adanya peningkatan yang cukup baik. Ketika pada tahap Pra
siklus hanya 5 siswa
(33,33%) siswa yang mendapat nilai
di atas 75, pada siklus I ada 10 siswa (66,67%) mendapat nilai di atas 75. Hal ini berarti bahwa tingkat penguasaan siswa naik 33,34
%. Peningkatan tersebut tentu merupakan sebuah hal yang sangat menggembirakan bagi seorang guru. Rata-rata siswa pun naik dari 66
pada prasiklus menjadi 74,33 pada
siklus I artinya nilai rata-rata
siswa naik 8,33 point. Hal ini tentunya
sebuah hasil yang cukup
memuaskan bagi guru.
Terlihat adanya peningkatan yang sangat
mencolok dari tahap prasiklus ke siklus
I. hal ini dikarenakan pada saat pembelajaran siklus I, partisIPSsi siswa terlihat jauh meningkat dari sebelumnya.
Pemilihan metode diskusi kelompok juga terlihat
begitu mengena untuk
menarik minat siwa dalam
pembelajaran.
Jika melihat tuntutan
kurikulum yang ada, memang seyogianya ketuntasan belajar siswa harus mencapai angka maksimal yakni
100%. Namun untuk mencapai
angka tersebut tentunya
sangatlah sulit. Hal ini dikarenakan berbagai faktor yang akan mempengaruhi pencapaian tersebut. Oleh
karena itu Penulis kembali
melakukan diskusi dengan Teman sejawat
dan meminta bimbingan dari Pembimbing untuk langkah perbaikan
selanjutnya. Penulis melakukan refleksi berdasarkan masukkan
dari teman sejawat dan hasil observasi yang
diperoleh oleh teman sejawat. Berdasarkan hasil refleksi ternyata masih ada beberapa kekurangan –kekurangan yang
terjadi dalam proses pembelajaran. Di antaranya adalah ketika diskusi kelompok ,
ternyata guru belum melibatkan siswa secara keseluruhan. Ada beberapa siswa yang sama sekali tidak mendapat kesempatan untuk melakukan diskusi
kelompok. Hal ini terlepas dari pengamatan guru. Akibatnya
pada saat evaluasi
siswa-siswa tersebut mendapat
nilai yang
masih rendah. Di samping itu pada saat latihan soal
diberikan ada beberapa siswa yang luput dari pengamatan guru, sehingga siswa-siswa tersebut mengalami kebingungan pada saat
mengerjakan soal-soal latihan.
Dari hasil refleksi
ini kemudian Penulis
kembali menyusun langkah-
langkah perbaikan siklus II. Yang menjadi target perbaikan adalah lebih memaksimalkan peran aktif siswa saat
diskusi kelompok dan bermain peran dan memberikan bimbingan maksimal pada saat pemberian soal-soal latihan.
Setelah diadakan perbaikan pembelajaran
siklus II ternyata kemampuan siswa
dalam penguasaan materi mengalami peningkatan yang lebih baik daripada siklus I. Pada proes pembelajaran keaktifan siswa lebih baik. Pada saat guru melakukan diskusi
kelompok semua siswa mendapat kesempatan untuk melakukannya.siswa
terlihat lebih bersemangat. Pada saat pemberian soal latihan guru memberikan bimbingan kepada siswa
tentang cara pengerjaannya. Pada saat diadakan evaluasi
ternyata nilai ulangan
siswa pun menunjukkan adanya peningkatan yang lebih baik. Ketika pada tahap Pra siklus hanya 5 siswa (33,33%) siswa
yang mendapat nilai di atas 75, pada siklus I ada 10 siswa
(66,67
%) mendapat nilai di atas 75, tetapi pada siklus II ini nilai 75 ke atas
diperoleh oleh 14 siswa (93,33%). Hal
ini berarti bahwa tingkat penguasaan siswa naik 33,34 % dari siklus I
ke Siklus II, dan naik 26,66 % dari
siklus I ke Siklus II. Rata-rata
siswa naik dari 66 menjadi 74,33 dari
pra siklus ke siklus I, artinya nilai rata-rata siswa naik 8,33 point dan naik dari 74,33 menjadi 79 dari siklus I ke siklus
II, artinya nilai rata-rata siswa naik 4,67 point.
Memang terlihat adanya peningkatan signifikan itu terjadi pada tahap siklus
I. hal ini dikarenakan pada
tahap prasiklus Penulis
belum menggunakan metode yang cocok, dalam melibatkan keaktifan siswa. Dan ketika
diperbaiki pada siklus I siswa mengalami peningkatan
dalam hal keaktifannya, minat belajarnya, dan juga motivasinya. Hal tersebut
mendorong terjadinya peningkatan yang sangat tinggi.
Peningkatan tersebut tidak
begitu tinggi pada siklus II. Hal ini dikarenakan siswa-siswa yang mendapat nilai rendah diketahui memiliki
kelainan dalam belajar, dan ada yang ada satu siswa yang menderita tuna ganda
(tuna rungu dan tuna wicara)
Dari hasil tersebut di atas memang
terlihat bahwa sampai siklus II ternyata ketuntasan
belajar belum mencapai 100%. Namun karena dibatasi dengan waktu penyusunan laporan penelitian, maka laporan perbaikan
pembelajaran hanya dibatasi sampai dengan siklus II. Meskipun
demikian sebagai seorang guru, pada kenyataannya Penulis
terus melakukan perbaikan
pembelajaran, sehingga ketuntasan belajar dapat tercapai secara
maksimal.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
a)
Mata pelajaran Informatika sesungguhya merupakan salah satu pelajaran yang sebenarnya dekat dengan kehidupan siswa.
b)
Penggunaan media atau alat pembelajaran yang relevan akan membantu siswa dalam
mengkonkretkan konsep-konsep yang ada dalam
materi.
c)
Penerapan metode diskusi kelompok
( PJBL )dapat meningkatkan penguasaan konsep pada siswa terhadap
hal-hal yang abstrak.
d)
Penerapan variasi metode PJBL
terbukti mampu meningkatkan nilai rata-rata siswa,
yakni pada kondisi awal nilai rata-rata siswa 52,81, pada siklus I naik menjadi
60,31, dan pada siklus II naik menjadi 78,125.
B.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka Penulis mengajukan beberapa saran yang perlu ditindak lanjuti untuk masa
datang yaitu sebagai berikut :
A.
Dalam hal pencapaian tujuan
pembelajaran, selayaknya guru memperhatikan
berbagai faktor yang ada misalnya karkateristik siswa, sehingga
pencapaian tujuan pembelajaran tidak cenderung memaksa
siswa untuk dapat menguasai materi.
B.
Dalam hal pencapaian tujuan pembelajaran, guru hendaknya melibatkan siswa secara fisik, psikis dan mental dalam proses pembelajaran guna meningkatkan peran aktif siswa.
C.
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat harus tetap memperhatikan karakteristik dan keadaan
siswa, sehingga siswa dapat benar-benar mengikuti metode yang diterapkan.
D.
Dalam hal pemilihan media pembelajaran guru harus memperhatikan beberapa syarat media. Di antaranya
nilai ekonomis, ketersediaan, dan pengetahuan siswa , sehingga media tidak terlalu mahal dan
ada di sekitar siswa.